Menurut narasumber, di wilayah Kelurahan Salatiga (Kecamatan Sidorejo) terdapat makam yang dahulu dikenal seorang perintih kemerdekaan bernama Damarjati. Beliau ingin melepaskan dari jajahan Belanda yang dirasa sangat merugikan bangsa Indonesia. Sejak dijajah oleh Belanda, banyak orang hidup sengsara, dan kemiskinan semakin tidak dapat dikendalikan yang mengakibatkan banyak orang mati kelaparan karena kurang makan. Menurut ceritera, beliau termasuk orang yang pandai dan dianggap mempunyai kesaktian yang luar biasa sehingga dengan dibantu oleh masyarakat Salatiga dapat mengusir kaum penjajah.

Pada waktu itu, Kiai Basarudin menggunakan samaran Damarjati untuk menghindari kejaran dari pihak Belanda karena dianggap sebagai pejuang reformis yang harus ditangkat sebab membahayakan pemerintah Belanda. Demikian pula seorang yang bernama Kiai Candra yang menjadi seorang tokoh yang mendirikan Desa Kecandran setelah Pangeran Diponegoro ditangkap Belanda, beliau juga melarikan diri dan akhirnya sampai di daerah Krajan. Ditempat inilah atau pada masa beliau bertempat tinggal di Dukuh Krajan sempat mendirikan pesantren serta sebagai seorang tokoh penyebar agama Islam di daerah tersebut. Beliau tidak putus asa dalam berjuang melawan Belanda dan mendirikan pula pondok pesantren. Dalam memberikan ajaran kepada para santri yang dipimpin terus menanamkan jiwa patriotisme untuk melawan Belanda. Beliau berharap agar para anak didik atau para santri yang dipimpinnya mempunyai jiwa nasionalisme untuk melanjutkan perjuangan beliau.

Harapan beliau ternyata berhasil karena para santri giat juga melawan Pemerintah Belanda sehingga perjuangan yang suci ini menunjukan kepada para pemuda bahwa perang dan mati di medan laga adalah mati sahit untuk membela bangsa dan negara. Dengan keyakinan itu maka sepeninggal Kiai Damarjati dan teman-teman, para santri melanjutkan perlawanan kepada Belanda.

FASILITAS