Makam Nyai Usrik terletak di Dusun Ngentak, Tingkir, Salatiga. Makam ini dekat dengan jalan raya dan mudah dijangkau kendaraan roda dua maupun empat termasuk angkutan kota. Konon, menurut cerita yang pernah hidup dan berkembang di daerah Ngentak (Kota Salatiga), Nyai Usrik berasal dari daerah Purworejo. Menurut nara sumber, nama kecilnya adalah Pangeran Kuning, lalu sesudah besar berganti nama Soeryodiningrat, putra ampeyan dari Sri Sultan Hamengku Buwana IV Yogyakarta.

Pada masa itu, Indonesia sedang dijajah oleh Belanda. Beliau tidak setuju dengan pemerintahan Belanda karena dirasa selalu menekan rakyat Indonesia. Kemudian beliau pergi meninggalkan Yogyakarta dan akhirnya sampai di Salatiga sekarang ini. Menurut nara sumber, pada waktu itu bersamaan dengan perang Diponegoro melawan Pemerintah Belanda. Selanjutnya Nyai Usrik meninggal pada tahun 1882 di Salatiga.

Makam Nyai Usrik yang pernah terkenal pada masa lalu, sekarang dinyatakan sebagai tempat peristirahatan yang terakhir Nyai Usrik yang terdapat di pemakaman umum di Dusun Ngentak Salatiga. Keberadaan makam pernah dikeramatkan oleh warga masyarakat setempat, bahkan oleh masyrakat lain daerah. Ini terlihat pada hari dan bulan tertentu ramai dikunjungi oleh para peziarah yang datang ke makam tersebut untuk mohon sesuatu. Menurut narasumber, masyarakat mempunyai pandangan bahwa Nyai Usrik dianggap sebagai pepundhen (leluhur) yang dihormati dan dipatuhi segala petunjuknya. Bagi para peziarah, Nyai Usrik dianggap sebagai perantara bagi terkabulnya permohonan suatu keinginan seseorang. Pada umumnya, para peziarah mengaku tidak minta sesuatu kepada Nyai Usrik, melainkan mohon berkah agar apa yang dikehendaki dikabulkan oleh Tuhan. Mereka tidak menganggap Nyai Usrik sebagai yang mengabulkan permohonan itu, tetapi hanya sebagai perantara sehingga permohonannya dikabulkan oleh Tuhan.

FASILITAS